Merangkai Kebersamaan Menuju Industri Perikanan yang Berkelanjutan di Munas I AP2HI

Februari 16, 2015

Asosiasi Perikanan Pole & Line dan Handline Indonesia (AP2HI) melaksanakan Musyawarah Nasional (Munas) yang pertama, sejak didirikan di Bulan Maret 2014. Munas ini dihadiri oleh hampir semua pengurus dan anggota dari AP2HI. Adapun tujuan dari Munas ini adalah untuk menyampaikan laporan kegiatan dan laporan keuangan AP2HI di tahun 2014, membahas kode etik (code of conduct) dan AD/ART AP2HI dan membahas kesekretariatan serta struktur organisasi AP2HI.

Munas pertama ini diselenggarakan di Aula EDTC, PKSPL-IPB di Kampus Bogor IPB, pada Hari Senin Tanggal 16 Februari 2015. Para undangan yang turut hadir ialah dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Direktorat Sumberdaya Ikan (SDI-KKP), Direktorat Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan (PUPI –KKP) dan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP-KKP). Turut juga menghadiri Munas ini perwakilan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (KPDT), United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), dan LSM yang berkaitan dengan perikanan berkelanjutan seperti Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI) dan World Wildlife Foundation Indonesia (WWF Indonesia).

Pada acara pembukaan, Ibu Yanti Djuari selaku Ketua AP2HI memberikan kata sambutannya, dimana beliau mengharapkan bahwa hasil dari Munas pertama ini dapat mengantar kita semua ke praktek pengelolaan perikanan yang berkelanjutan yang akan memberikan dampak yang baik bagi bisnis dan lingkungan. Selanjutnya Bapak Ir, Saut P. Hutagalung yang menjabat sebagai Direktor Jenderal P2HP-KKP, dan juga merupakan penasehat AP2HI, memberikan kata sambutan dan sekaligus membuka acara Munas ini. Dalam pidatonya beliau menekankan bahwa AP2HI mempunyai peran penting dalam industri perikanan. Eco-labelling melalui sertifikasi MSC merupakan kerja yang perlu diteruskan ke depan. Beliau optimis bahwa dengan bekerja sama, maka kita dapat mewujudkan sertifikasi Marine Stewardship Council (MSC) untuk perikanan tuna. Tahun lalu KKP memiliki program perikanan berkelanjutan dan tahun ini KKP akan turut mempromosikan sertifikasi.
Munas pertama ini juga diramaikan oleh institusi asing yang memberikan presentasi mereka, di antaranya ialah International Pole and Line Foundation (IPNFL), American Albacore Fisheries Association (AAFA) dan (BHLN) Technical Services, LLC. Mr. John Burton dari IPNFL menyatakan dalam presentasinya bahwa visi dan misi IPNLF sejalan dengan AP2HI, khususnya dalam hal meningkatkan praktek perikanan yang berkelanjutan, efisien, ramah lingkungan dan dapat memenuhi standar sertifikasi MSC. Diharapkan dalam dua (2) tahun ke depan, IPNFL dan AP2HI dapat meraih sertifikasi MSC ini.
Mrs. Natalie Webster menjelaskan bahwa AAFA merupakan organisasi non-profit yang menjadi salah satu anggota IPNFL. Sukses yang dicapai AAFA antara lain ialah berhasil memperoleh sertifikasi MSC dan memberikan kualitas ikan yang baik dan konsisten. Sekitar 90% dari hasil penangkapan dari perikanan Albacore adalah untuk pasar yang menuntut sertifikasi MSC, hal ini membuktikan bahwa ada market-based incentive untuk industri perikanan tuna yang berkelanjutan.
Mr. Blane Oslon menyampaikan bahwa (BHLN) Technical Services, LLC merupakan lembaga yang dikontrak oleh PT. Anova Food, LLC (US) untuk memfasilitasi produksi dan pengiriman frozen seafood. Pasar di US saat ini menghendaki adanya produk tersertifikasi dari perikanan tuna. Kondisi saat ini sudah ada 207 nelayan yang tersertifikasi MSC dan telah dilakukan 105 assessment. Menarik juga diungkapkan oleh Mr. Blane Oslon bahwa selain sertifikasi MSC, mereka juga mendukung fair trade certification.

Tak kalah menariknya, A. Habibi dari WWF Indonesia yang juga menjadi penasehat teknis AP2HI, mempresentasikan hasil dari Fisheries Improvement Program (FIP) yang telah dijalankan WWF, dimana telah menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Dibandingkan tahun 2010, di tahun 2014 ini, perikanan tuna telah lebih banyak memiliki skor yang baik dan lebih sedikit skor yang buruk untuk ketiga prinsip FIP (prinsip keberlanjutan stok, dampak terhadap lingkungan dan pengelolaan perikanan).

Hasil dari Munas ini ialah, pertama, anggota AP2HI sepakat menerima Code of Conduct AP2HI sebagai acuan kepatuhan bagi anggota dan bagi calon anggota dalam rangka kepedulian terhadap kelestarian perikanan, khusunya tuna dan cakalang, dan meningkatkan kerjasama yang lebih erat dengan Pemerintah (KKP, KPDT dan institusi terkait lainnya), asosiasi perikanan, serta LSM baik di dalam dan di luar negeri yang memiliki pandangan yang sama terhadap usaha perikanan yang ramah lingkungan. Kedua menerima struktur organisasi AP2HI yang baru dengan melakukan perubahan pada penghapusan Kepala Bidang dan menggantinya dengan Penasehat Teknik.

Share it!