Aksi Pengelolaan Perikanan melalui Harvest Strategy
Pada pembukaan acara pra-workshop dan workshop penyusunan Harvest Strategy Ikan Madidihang dan Cakalang di WPP 713,714, dan 715 di Bali pada tanggal 19-20 November, Direktur Sumber Daya Ikan (SDI) Toni Ruchimat mengatakan bahwa perikanan tuna merupakan sumber utama kesejahteraan sosial ekonomi Indonesia, jika tidak aktif dalam pengelolaan perikanan, maka kita telah melakukan kerusakan jangka panjang dan akan menderita kerugian ekonomi dan sosial yang besar. Ia mengatakan dalam pengelolaan secara efektif dapat dilakukan dengan: Sistem managemen yang efektif, partisipasi yang transparan, dan pengambilankeputusan yang adaptif yang bertujuan untuk pencapaian tujuan bersama.
Craig Proctor, Peneliti and Expert dari CSIRO mengatakan bahwa Harvest Strategy (HS) yaitu kerangka kerja yang menetukan aksi pengelolaan untuk perikanan tertentu dalam tingkatan stok atau unit pengelolaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan ekologi, ekonomi dan atau sosial yang telah disepakati yang pada akhirnya bertujuan pada pengelolaan hasil tangkapan untuk perikanan berkelanjutan dan menjaga stok agar tetap terjaga.
Lebih lanjut Craig Proctor menjelaskan bahwa untuk menerapkan HS beberapa hal yang harus disepakati yaitu: keterlibatan dan partisipasi stakeholder dan dukungan teknis untuk menyediakan analisis dan umpan balik pada kinerja dan kemungkinan bias atau ketidakpastian terkait metode HS. “Dukungan teknis ini bukan hanya dukungan ilmu pengkajian stok namun juga aspek seluruh perikanan yang berdampak pada pemantauan penilaian manajemen,” jelasnya lagi. Selain itu, Craig Proctor mengatakan bahwa kualitas dalam feedback HS menentukan kinerja keseluruhan strategi dalam mencapai tujuan sehingga tidak ada gunanya memiliki model pengkajian dan HCR yang canggih, kedua proses harus dilanjutkan secara pararel dengan umpan balik berulang diantara keduanya.
Selain itu, Craig Proctor juga menegaskan bahwa poin penting dari interaksi ini adalah penyempurnaan tujuan kinerja yang lebih spesifik dan kuantitatif untuk HS yang dapat dievaluasi melalui simulasi pemodelan (MSE). HS penting untuk memulai dan melakukannya dengan cara yang metodis dan terstrusktur sehingga stakeholder tahu apa yang diharapkan dan dapat mengumpulkan informasi, bekerjasama dan belajar bersama dalam perjalanannya.
Direktur Sumber Daya Ikan (SDI) Toni Ruchimat mengatakan,“Salah satu yang bisa dilakukan dalam penyusun HS ini terletak pada observer yakni dengan melakukan pemantauan data, peningkatan pengumpulan data diperlukan untuk mendukung penyusunan harvest strategi.”
Toni Ruchimat juga menyatakan bahwa saat ini telah ada sanksi untuk kapal-kapal diatas 30GT yang menolak penempatan observer yaitu: Pembekuan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) dan tidak mengeluarkan Surat Layak Operasi (SLO). Aturan tersebut akan dilakukan pada bulan Januari tahun 2016 dengan data yang dapat dibantu dengan logbook dan observer.
Pada akhirnya, Fayakun Satria, Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Perikanan di Jatiluhur menjelaskan mengenai hasil workshop HS yang telah diselenggarakan di Vietnam. Hasil workshop tersebut menunjukkan bahwa data perikanan di Indonesia masih kurang. dan berhubung AP2HI sedang fokus terhadap pengumpulan data perikanan dari alat tangkap pole-and-line dan handline. maka data ini dapat menunjang kekurangan data tersebut. Sehingga pemerintah, mendukung kegiatan pengumpulan data perikanan yang dilakukan oleh AP2HI.