Program SMART-Fish Indonesia UNIDO dan MDPI Mendukung AP2HI dalam Peningkatan Sistem Ketertelusuran
Untuk mempraktekkan perikanan berkelanjutan yang dapat memenuhi standar MSC Chain-of-Custody (CoC), maka diperlukan sebuah sistem ketertelusuran (traceability system) yang baik dan valid. Perusahaan anggota AP2HI pada tingkatan tertentu telah mempunyai sistem ketertelusuran karena hal tersebut dibutuhkan apabila ingin melacak sebuah produk, namun sistem tersebut masih memerlukan peningkatan. Langkah awal di dalam meningkatkan sistem ketertelusuran adalah dengan melakukan gap analysis (analisa kesenjangan). Pada Bulan Februari-Maret 2016, IPNLF pernah meminta bantuan tenaga ahli (Steve Child) untuk menelaah sistem ketertelusuran di beberapa anggota AP2HI yang berlokasi di Bitung dan Maumere.
Lebih jauh, pada pertengahan 2016, Program SMART-Fish Indonesia UNIDO dan MDPI (Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia) mengawali dukungannya ke AP2HI untuk peningkatan ketertelusuran di perusahaan anggota AP2HI dengan menyusun tahapan kegiatan yang akan dilakukan bersama AP2HI dan IPNLF. Tahap pertama adalah dengan penyediaan konsultan untuk melakukan gap analysis. Konsultan tersebut adalah Peter Trott dari Fishlistic yang melakukan gap analysis di sembilan (9) perusahaan anggota AP2HI di Bitung, Kendari, Ambon dan Buru. Penilaian tersebut tidak hanya dilakukan spesifik untuk tiap perusahaan saja, tetapi juga memetakan secara garis besar jenis-jenis rantai suplai yang ada dan melihat faktor resikonya terhadap ketertelusuran.
Tahap kedua adalah mempresentasikan dan mendiskusikan hasil gap analysis pada lokakarya: “Gap Analysis of Compliance of the Indonesian Hand-line and Pole & Line Tuna Fisheries in Regards to MSC Chain of Custody Standard” yang diselenggarakan di Swissbel Hotel Segara, Bali, pada tanggal 7 November 2016. Lokakarya ini dihadiri oleh 19 perusahaan anggota AP2HI dan perwakilan dari KKP (Direktorat Akses Pasar dan Promosi), LSM dan juga USAID Oceans. Lokakarya ini dibuka oleh Janti Djuari (AP2HI), Ray Chandra Purnama (Program SMART-Fish Indonesia UNIDO) dan Momo Kochen (MDPI).
Sesi pertama dari lokakarya menjelaskan apa itu MSC CoC yang dibawakan oleh Direktur Science and Standard MSC (David Agnew). Sesi berikutnya adalah diskusi hasil gap analysis yang telah dilakukan oleh konsultan dan diakhiri dengan penyusunan rencana aksi perusahaan untuk menghilangkan gap tersebut.
Secara garis besar, hasil yang diperoleh dari gap analysis cukup baik, dimana 4 dari 9 perusahaan anggota AP2HI yang dievaluasi, dianggap memiliki kemungkinan yang besar untuk lolos sertifikasi MSC CoC, sementara yang lainnya masih membutuhkan beberapa perbaikan. Tahap ketiga dari kegiatan bersama ini adalah kegiatan tindak lanjut yang akan dilakukan oleh Traceability Coordinator AP2HI (Heri) ke anggota AP2HI untuk meningkatkan sistem ketertelusuran mereka berdasarkan rekomendasi dari konsultan (Peter Trott). Pada lokakarya ini, turut hadir pula di sesi akhir, lima (5) lembaga Conformity Assessment Body (CAB) yang memperkenalkan layanannya untuk audit MSC CoC ke anggota AP2HI. Lima (5) lembaga CAB tersebut adalah Control Union, Intertek, SAI Global, SGS dan SCS Global Service.
Gap analysis yang dilakukan oleh konsultan, penyelenggaraan lokakarya dan kegiatan tindak lanjut oleh Traceability Coordinator ke depan ini didanai oleh matching fund yang berasal dari Program SMART-Fish Indonesia UNIDO dan MSC Global Fisheries Sustainable Fund (melalui MDPI).
IA, KA